Kamis, 30 Desember 2010

Efek Cinta

Hari yang telah terlalu lama aku lewati, sisakan berbagai atsar-atsar dalam kalbu. Bekas yang meng-enakkan dan yang me-lukakan.  Semua berjalan tanpa kusadari, dan terlalu lama aku tak sadarinya.
Luka itu.....aku yang buat? Memang begitu dan aku menyadarinya.
Cinta dan benci? Dua hal yang bertentangan tetapi saling berdekatan, bagaikan jarak baju ketat dan kulit. Memang sulit rasanya memisah keduanya. Karena semua perasaaan dan hati yang mengambil peran. Otak takkan mampu pikirkan hal itu, memang sungguh ironi jika dilihat. Suatu hal yang nampak dalam kehidupan, tetapi tak mampu dipikirkan. Saat cinta yang bergejolak dunia serasa milik sepasang kekasih yang dilanda asmara itu. Hanya keindahan yang terlintas dalam benak dan mata mereka. Tiap kedipan mata adalah tebaran bunga-bunga dari langit. Tiap hembusan nafas adalah semerbak mawar dan melati. Tiap pendengaran adalah bisikan-bisikan cinta. Tiap minuman adalah anggur-anggur cinta pemabuk dosis tinggi. Namun saat benci yang bergejolak, semua terbalik seratus delapan puluh derajat, bertolak-belakang. Bagai kutub utara dan utara yang bertemu. Mungkin hikmah yang terkandung dari kasus kutub itu adalah jika keduanya sama-sama satu sifat sulit untuk bersatu. Tiada saling melengkapi. Bisa jadi, keharmonisan timbul dari perbedaan-perbedaan.
Teringat akan pertemuan menjelang akhir dalam suatu pendidikan. Tangga sekolah itu yang menjadi saksi. Tnada-tanda keindahan saja, tanpa kusadari adanya keburukan disana. Tertulis kata “I Love You Forever” dalam sebuah lembaran kertas, yang aku tetap menyimpannya disinggasanaku. Hanya keindahan yang timbul. Hal ini tidak hanya masih teringat, tapi tetap melekat.
Foto dia yang setahun lalu dia kirim, bersama tarian cahaya lilin dan kue tart yang pastilah manis dan penuh dengan cinta ditemanu boneka panda yang imut, tetap tersimpan rapih dalam lemariku dan ingatanku. Baju putih bergaris, topi coklat, dompet coklat, semua masih ada. Terpakai dengan rapi. Surat darinya dengan prefiks “Wahai calon suami idaman hatiku” yang telah aku baca berkali-kali. Buku novel “Romeo dan Juliet”. Kaos bermerek “Pro-Shop” yang ternyata kekecilan.
Sekarang telah berubah. Dan sangat ku berharap ini hanyalah sementara. Dia tak sudi lagi komunikasi denganku. Berpuluh-puluh pesan aku kirimkan, beribu-ribu huruf yang telah terkirim. Tak ada satupun yang dibalas. Bahkan satu hurufpun. Namun, aku tetap harus sabar. Aku pasti bisa melewati ini dan kelak hidup bersama dia. Tak ada pihak ke-3. Yang ada hanya aku dan dia. Terlalu banyak keindahan yang tercipta, hingga gejolak keburukan tak akan mampu menembus benteng keindahan ini, yang keluar hanya keindahan saja.
Senyum dia yang selalu manis dan selalu bisa tentramkan hatiku. Walau dari lukisan dia yang cantik ini. Tegasnya dia yang buatku takluk. Alunan suaranya yang selalu buatku tenang. Aku kacau tanpa dia.
Tiap malam,tiap saat aku hany merenungkan dia. Aku tunggu balasan darinya walau satu hurufpun. Tapi,,,ternyata nomor telepon dia saja aku tidak tahu. Dia ganti nomor. Aku hanya kirimkan tiap pesanku untuknya ke suatu nomor yang aku dapatkan dari teman dia, tapi aku juga tidak tahu klo orang itu telah bohong.
Apa jika aku kirimkan ini lewat e-mail dia, dia mau membacanya? Aku tidak tahu. Aku tidak tak tahu harus kemana lampiaskan ini.
Aku semakin parah merokok. Kebut-kebutan yang jadi biasa. Keluar malam yang terlalu sering. Aku sudah biasa dimaki orang suruhannya.
Sakit? Iya..memang sakit sekali hati ini. Kau juga sakit? Aku juga rasakan sakitmu itu. Sakitku berganda. Sakit dari hatiku dan dari hatimu.
Sebentar lagi aku ulang tahun. Mungkin ini ulang tahun pertama tanpa ucapann selamat darinya. Ironi? Sarkasme? Itulah kenyataan hidupku. Yang jelas hatiku semakin terluka. Mataku kering dan menangi darah.
Rasa rindu semakin kerap kali datang. Aku rindu dia. Aku rindu cinta dia. Cintku telah terbang dan mendatanginya, namun pintu sekarang selalu tertutup. Apa aku sudah tidak dianggap manusia dan makhluk hidup lagi? Apakah aku ini binatang yang tidak bisa bedakan cinta dan nafsu?
Jika seorang bertanya pada diriku: “Apakah kau ini pemabuk?” Iy....aku pemabuk, pembauk yang minum anggur-anggur cinta. dan juga pemabuk yang minum air tuba. Kemudia jika ada lafi yang bertanya: “Apa kau ini seorang pengganja?” Iy...aku pengganja. Aku hisap tiap-tiap asapnya biar aku terbang tu cari cinta itu. “Apa kau pernah over-dossis?” Iy...aku pernah. Bahkan sekarang ini aku mengalami over-dossis, over-dossis karena cintaku yang semakin besar dan karea kerinduanku yang sangat.

Ciputat, 21 Desember 2009 00:42

Tidak ada komentar:

Posting Komentar