Kamis, 30 Desember 2010

22th of my life (I and Computer)

Hari ini, 26 Desember 2010, tepat sekali 22 tahun yang lalu aku dilahirkan ke dunia dari rahim Ibu. Hari yang tak terasa ku lalui hidup ini. Namun belum seberapa ada pelajaran kehidupan yang terserap dalam benak. Jika dijumlahkan hari berarti aku telah mengahabiskan 22x360 hari di dunia. Waktu memang terus bertambah. Dan waktu memang terus berjalan.

Hari yang membuatku sadar untuk lebih dewasa lagi dalam menjalani kehidupan. Hari yang harus membuatku terbangun dari lamunan panjang hidupku. Hari yang membuatku sadar bahwa obsesi hidup bukan hanya mencari cinta.

Aku sadari grafik kualitas hidupku semakin menurun semenjak aku duduk di bangku SMP atau saat itu aku berumur 13 tahun. Prestasi belajarku menurun. Saat itu aku kaget dengan persaingan belajar yang terjadi di luar. Selama duduk di sekolah dasar aku terlalu terbuai dengan persaingan yang memang tak ada persaingan, terlalu mulus untuk melangkah, tak ada haling rintang untuk meraih hanya sekedar “rangking 1” di kelas, aku kurang maju, aku kurang mendapat tantangan. Saat SMP perjalanan mencari jati diri sudah aku mulai. Aku sudah berpikir saat itu apakah aku “orang bauk” atau “orang jahat”. Kadang aku tak terima terlahir dalam dunia “pesantren”, kadang aku membayangkan hidup dalam keluarga “masyarakat biasa”. Sungguh ironi memang. Bahkan sebenarnya pemikiran seperti ini telah muncul semenjak aku duduk di sekolah dasar.
>
Apa yang aku rasakan sehingga berpikiran seperti itu? Mungkin karena kedua orang tuaku yang terlalu berpikiran ortodoks, terutama Ibu, terlebih lagi larangan untuk berteman dengan lawan jenis. Membuat hidupku serasa tertekan. Okey kita lewati saja cerita ini.

Dari SD aku telah tertarik dengan dunia teknologi. Aku dapatkan informasi-informasi tentang teknologi di Koran yang memang Ayahku berlangganan. Aku terlalu kagum dengan teknologi. Aku terlalu kagum dengan dunia computer. Sehingga aku terkadang menanggalkan penjelajahanku dalam menekuni ilmu agama.

Saat SMP, haha Ibu membelikanku sebuah computer butut, Pentium 1. Aku semakin asyik dengan duniaku dalam computer. Walaupun saat itu masih hanya sekedar nge-game. Tapi memang mengasyikkan. Aku berteman dengan mahasiswa STIMIK dan AMIKOM di Purwokerto yang kebetulan mereka tinggal di pesantren Abahku. Semakin mudah saja aku mencuri-curi ilmu mereka. Aku mencoba bahasa pemrograman Visual Basic, saat itu aku buat game seperti game slot-mesin, entah sekarang kemana game pertama yang aku buat, apakah masih hidup atau sudah mati. Saying sekali saat itu aku belum berpikiran tentang manajemen data.

Kelas 3 SMP aku mengenal dunia internet, aku buka referensi-referensi tentang Islam. Semakin aku kagum saja dengan teknologi. Terkadang setelah pulang sekolah aku mampir dulu ke warnet yang memang tak jauh dari sekolah. Namun sayang sekali pelajaran Visual Basic-ku mandeg. Saat itu aku terlena dengan game-game yang aku piker hebat, aku mengenal Age of Empire, Sim City, dan berbagai game-game kecil. Dan lebih-lebih setelah aku mengenal adanya emulator untuk menjalankan PS-1 di computer semakin asyik saja dengan dunia game. Aku habiskan waktuku untuk bermain Winning Eleven versi PS-1, terkadang ditemani santri-santri abah. Yang terpenting mimpiku untuk bermain computer di dalam kamar pribadiku telah terwujud.

SMA, waktu mengharuskanku untuk hijrah ke provinsi sebelah, Jawa Timur. Aku harus mondok sekaligus sekolah. Memang aku sadari aku masih mengunggulkan pendidikan SMA-ku daripada diniyyah pondok. Lebih-lebih saat aku berhasil lolos untuk masuk dalam kelas persiapan olimpiade computer, aku semakin terlena lagi dengan computer. Namun keterlenaanku saat ini dalam ilmu algoritma dan pemrograman. Bagaimana mungkin aluran kata-kata dapat menjadi program yang berjalan di computer. Aku sekarang belajar bahasa Pascal dengan dibimbing guru komputerku. Aku mulai membeli referensi-referensi mengenai pemrograman Pascal, terkadang aku juga meminta untuk dipinjamkan di perpustakaan SMK Telekomunikasi kepada temanku yang memnag bersekolah disana. Aku semakin menggilai algoritma. Tak ada computer dan tak boleh membawa computer di pesantren ini tak membuat semangatku pudar begitu saja. Tak ada rotan akarpun jadi, tak ada computer kertas pun jadi. Aku coret-coret saja untuk membuat program kecil-kecilan di secarik kertas lalu saat ada pelajaran computer aku mencobanya di lab. Kelas 1 aku hamper saja mengikuti olimpiade sains nasional, namun sayang sekali saat itu ternyata panitia memberikan persyaratan bahwa satu sekolah maskimal tiga, dan yang maju saat itu adalah kakak-kakak kelas dua. Tidak apalah masih ada tahun depan.

Tahun 2005, perlombaan computer pertamaku, diadakah di STIKOM Surabaya. Kompetisi itu bernama KAPS 2005 (KOmpetisi Algoritma dan Pemrograman STIKOM Surabaya 2005). Terdiri dari dua babak: babak penyisihan dan babak final. Babak penyisihan berjalan dengan system on-line, aku berhasil melewati ini. Saat itu yang berhak naik ke babak final adalah 50 besar, aku nomor 25. Tertinggi untuk satu sekolahku yang saat itu ada 4 temanku yang lain yang juga mengikuti kompetisi ini. Soal-soalnya tak terlalu sulit dalam babak penyisihan, setidaknya alur logika dan algoritma yang aku miliki dalam memberantas sebagian besar soal-soal itu. Naik ke babak final yang diadakan langsung di kampus STIKOM Surabaya. Salah satu peserta adalah peraih medali emas olimpiade computer internasional. Sungguh….soal-soal yang kuhadapi tidak terbayangkan sebelumnya, memang hampir sebagian besar soal aku dapatkan algoritma untuk solving problemnya, namun ternyata ilmu pemrogramanku belum dapat mencapai itu. Sebagai pelajaran. Babak final gugur begitu saja dan pulang dengan tangan kosong.

Tahun 2006, aku ditunjuk sekolah untuk mengikuti olimpiade sains bidang computer. Aku semakin getun saja belajar computer. Olimpiade tingkat kabupaten aku lewati dengan mudahnya, soal yang ada tidak terlalu sulit. Aku mendapatkan juara ke-2 setelah temanku juga yang menjadi juara pertama. Olimpiade tingkat provinsi berlangsung beberapa bulan kemudian di Surabaya, ternyata soal-soal yang aku hadapi hampir mirip dengan soal di babak final KAPS 2005. Dan saat itu aku temui juga soal mengenai Analisa Algoritma mengenai Big-O yang jika di kampus mata kuliah ini ada di semester 5. Sungguh soal yang terlalu. Aku gagal ke tingkat nasional. Setelah ini belajar pemrogramanku agak merosot.

Tahun 2007, aku memilih kuliah di jurusan teknik informatika. Jurusan yang sudah aku idamkan semenjak pertama kali aku berkenalan dengan computer. Aku ingin menjadi ahli computer. Tahun pertama aku goyah. Rasanya aku belum mendapat ilmu yang baru, seperti mengulang lagi pelajaran SMA, kesombongan ini ternyata berdampak ke tahun-tahun berikutnya, aku kurang berimprovisasi. Namun ada sebuah perubahan paradigm yang aku alami saat menginjak tahun kedua, ketiga, dan keempat. Ilmu computer bukanlah hanya hal-hal teknis, seperti gimana caranya memperbaiki computer? gimana caranya agar computer dapat bekerja lebih cepat? Aku berkenalan dengan teori-teori terutama setelah aku baca esai-esai karya I Made Wiryana. Disamping itu aku terkadang iri dengan teman-temanku yang kuliah di jurusan ilmu-ilmu agama dan social, mereka menemukan banyak sekali teori-teori dan pendapat-pendapat.

Teori-teori dalam Ilmu Komputer dapat aku temukan saat mata kuliah Rekayasa Perangkat Lunak (Software Engineering) banyak sekali teori-teori yang ada dalam bab ini terutama masalah manajemen. Dan teori-teori lain ternyata dapat kukenal saat membaca berita-berita IT terkini, terutama dalam bidang pengembangan insfrastructure yang akhir-akhir ini ditemukan Cloud Computing, sebuah metode komputasi yang mengandalkan virtualisasi dan internet. Teori ilmu computer yang lain tentunya sangat berkaitan erat dengan ilmu matematika. Ilmu Algoritma tak jauh beda dengan logika matematika. Mengasyikkan juga belajar algoritma ini, selayaknya bermain game, jika kita dapat menemukan solving problem tentunya akan merasa puas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar